20 tahun & Donor Darah

Alhamdulillah, sudah 20 tahun saya hidup dunia ini, masih diberi kesempatan oleh Allah untuk terus memperbaiki diri dan mengumpulkan bekal yang banyak ke akhirat. 

Hari ini hari yang sangat biasa sebenarnya, seperti hari-hari lainnya. Saya melewatinya juga dengan biasa-biasa aja. Tidak ada kue ulang tahun ataupun surprise party dari siapapun. Kedengaran menyedihkan ya, tapi that's ok karena orang tua saya juga nggak pernah merayakan dan mengajarkan saya untuk secara khusus merayakan momen ulang tahun anggota keluarga di rumah. Mereka berpendapat, "kok umur berkurang dirayain, mestinya sedih dan buat kita introspeksi dan merenung mengenai apa itu hidup dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang sebenarnya yaitu di akhirat".

Yah, begitulah... saya nggak sedih ulang tahun kali ini nggak dirayain. Tahun-tahun sebelumnya saya nggap pernah juga ngerayain ulang tahun. Jadi, udah biasa aja sih. Namun, ulang tahun kali ini beda. Saya pengen umur baru saya ini jadi momen dan kesempatan buat  introspeksi diri dan menjadi berguna bagi orang lain. Jadi, kali ini saya menyumbangkan darah saya dalam kegiatan yang diadakan oleh kampus saya.
Saya sudah tertarik dengan kegiatan donor darah ketika PMI kota Padang mengadakan kegiatan donor darah di SMA saya. Banyak kakak-kakat kelas saya yang ikut mendonor, nggak ketinggalan juga para guru. Namun, berhubung saya ngeri melihat jarum suntiknya yang gede, niatan saya buat menjadi pendonor darah lenyap seketika (umur saya saat itu masih belum genap 17 tahun).
Nah, ketika saya masuk kuliah, kegiatan serupa juga diadakan oleh kampus. Saya ingin sekali ikut berpartisipasi kali ini dengan dengan alasan pengen mengetahui golongan darah sendiri (yang masih abu-abu alias nggak jelas). Mama saya pernah bilang kalau golongan darah saya A. Tapi, saya kok nggak ingat pernah tes dan lihat hasilnya ya. Namun, apa mau dikata, saya gagal mendonor karena ketahuan "tamu bulanan" baru pamit sehari sebelumnya. Ibu-ibu petugas PMI yang memeriksa berat badan saya waktu itu bilang kalau wanita haid baru boleh mendonorkan darahnya seminggu setelah haidnya selesai. Yaaah, saya kecewa dan sedikit sedih T___T. Tapi, ya mau gimana, saya juga baru tahu prosedurnya begitu.
Untungnya, niatan luhur tersebut buat menjadi pendonor kembali menemukan jalan ketika ada selebaran dari UKM Palang Merah kampus sampai di tangan saya pas kuliah. Kegiatannya adalah donor darah dan diadakan tepat pada hari ulang tahun saya, 8 Juli! hari ini. Alhamdulillaaaah... Kunjungan tamu bulanan saya sudah selesai dua minggu yang lalu, saya juga merasa sehat sekaligus sangat antusias. Beruntung banget saya nggak ada kuliah pagi tadi.
Maka tadi pagi saya pun berangkat dari kosan dengan semangat yang menggebu-gebu di dada  berikut tangan dingin dan jantung yang berdebar keras. Saya isi formulir pendaftaran begitu sampai di  samping auditorium kampus (tempat kegiatan dilaksanakan) dan kemudian duduk di antara para calon pendonor lainnya, menunggu dipanggil ke dalam ruangan donor (bekas BAU). Tapi, begitu ingat lupa sarapan, saya pergi keluar sebentar buat beli pengganjal perut, yaitu dua buah khamir Arab seharga 2 rebu perak.
Tak lama menunggu, nama saya dipanggil buat masuk ke dalam. Saya masuk dan langsung cek golongan darah kemudian ukur tensi. Hasilnya bagus. HB saya 12,5 gr (layak donor) dan golongan darah saya AB!!! Loh? Mana bisa saya punya golongan darah yang beda dari anggota keluarga saya? Golongan darah mama A, papa juga A, dan abang saya pun A. Mungkinkah petugasnya salah mengidentifikasi golongan darah saya? Ya sudahlah...
Saya agak terganggu juga dengan hasil golongan darah saya tersebut. Sambil menunggu giliran, saya duduk di sofa dengan pikiran tersebut sambil mengamat-amati para calon pendonor lainnya di ruangan tersebut. Di dalam ruangan tersebut terdapat 4 kasur: 2 untuk cewek dan 2 untuk cowok. Semuanya penuh diisi mahasiswa/i berbaju seragam biru dengan tangan yang dicekoki jarum dan selang.
Saya menunggu kira-kira 2 jam-an sebelum dipanggil oleh ibu-ibu yang memerikas tensi darah saya. Saya kemudian disuruh masuk oleh ibu tersebut ke bilik donor untuk perempuan yang berada di belakang meja kerjanya si ibu. Saya segera bangkit dari kursi dan menuju bilik yang dimaksud. Di dalamnya sudah ada seorang mahasiswi berbaring dan darah mengalir dengan lancar di selang di tangannya.
Saya lalu duduk di ranjang di sebelah mahasisiwi tersebut lalu menaikkan lengan baju tangan kanan seragam saya ke atas lipatan siku. Di samping saya, ada seorang laki-laki petugas PMI yang sibuk dengan gunting, kantong donor, botol-botol yang tidak saya kenali isinya. Ia lantas menyuruh saya berbaring. Di tangannya sudah ada kantong darah bertuliskan “AB”. Ia kemudian tampak sibuk lagi dengan kantong darah tadi, dengan gunting-alat tensi-penjepit-dan alat-alat lainnya sambil menanyakan tanggal dan bulan lahir saya.
"8 Juli, hari ini. Saya ulang tahun yang ke-20!" Jawab saya cepat dan mantap sambil mikir kenapa pertanyaan ini diajukan. Petugas itu memberikan senyum tipis dan ucapan selamat ulang tahun sembari memasang alat tensi di lengan atas saya. Saya membalasnya dengan tersenyum pucat gara-gara melihat jarum suntik gede di tangannya.
Lengan atas saya kemudian dibersihkan dengan alkohol oleh petugas tersebut. Saya membeku di tempat sambil mengucap doa dan mecoba megalihkan perhatian dari jarum suntik tersebut. Sedetik kemudian, petugas itu sudah mengangkat jarum gede yang tersambung dengan kantong darah "AB" saya dan menyuruh saya mengepalkan kuat-kuat tangan kanan saya. Saya mematuhi perintahnya dan memalingkan wajah saya ke sisi kiri tubuh saya untuk mengalihkan pikiran dari jarum gede  nan angker tadi. Begitu petugas laki-laki berkata, “Tarik nafas... tangannya jangan lupa tetap dikepalkan" jarum gede tadi sudah menancap di lengan saya dan menyedot darah segar, mengalirkannya ke kantong darah yang tergeletak di bawah kasur. Oh jadi begini rasanya mendonorkan darah ketika saya merasakan ada yang berdenyut dan sesuatu terasa mengalir keluar dari pembuluh tubuh saya.
Saya takjub dan bersyukur! Sensasi dan sakitnya tidak semenakutkan pikiran saya. Tapi, memang cukup ngilu sedikit begitu si jarum menusuk kulit. Lepas dari itu semua, saya tidak memiliki masalah phobia lagi dengan jarum suntik. Sepuluh menit selanjutnya saya lalui dengan santai, menikmati darah saya mengalir ke kantong darah. Saya senang dan terharua akhirnya bisa mewujudkan niat saya ini dan bisa memberikan apa yang saya miliki saat itu kepada orang lain yang membutuhkan.
Darah saya diambil sebanyak 250 cc tadi pagi. Begitu petugasnya merasa darah yang diambil sudah cukup, selang (apa ya nyebutnya) ke kantong darah saya dijepit kemudian digunting. Kantong darah saya tadi disimpan oleh petugasnya. Sehabis itu, petugas kembali membuka penjepit selang tersebut dan mengambil sampel darah saya, memasukkannya ke dalam tabung kaca kecil untuk diperiksa di laboratorium untuk menghindari penyakit yang tidak terdeteksi. Baru kemudian selang tadi dijepit lagi dan jarum dicabut dari kulit saya.
“Pusing nggak?” tanya petugas PMI-nya. “Enggak, biasa aja.” Jawab saya seraya bangkit dari kasur, duduk sebentar kemudian berjalan ke tempat dokter untuk mengambil kartu donor, sekotak susu, dan mie instan. Ini kartunya:
Kartu Donor (dimana golongan darah saya beda sama mama papa)
Saya langsung pulang ke kosan begitu semua selesai. Donornya sih nggak lama, paling 10-15 menit-an kalau nggak salah, nunggunya itu yang lama. Untungnya saya nggak mengalami pusing selama perjalanan pulang ke kosan (yang deket dengan kampus). Satu hal yang pasti, ketika kamu sudah melakukan sesuatu yang benar-benar kamu inginkan dan itu demi menyelamatkan dan membantu orang lain, kamu akan merasakan kehangatan mengalir di dalam dadamu dan itu membuatmu sangat senang. :))

bekas luka "gigitan" si jarum gede
Saya adalah pendonor darah sekarang loooh (*salto*). Dan dengan ini, saya menyatakan siap untuk menjadi pendonor sampai tiba saatnya dimana saya tidak mampu lagi mendonorkan darah saya lagi. Demikian cerita ulang tahun saya sangat berkesan tahun ini. Semoga tahun depan saya dapat melakukan hal yang sama lagi dan lebih baik dan lebih berarti untuk kemanusiaan.

anyway, saya beli kotak pensil baru :D
Ayuk!!! jadi pendonor darah juga. Banyak nyawa akan terselamatkan oleh darahmu. Karena kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Tanpa orang lain, kita mungkin nggak pernah akan bisa bertahan hidup di dunia ini sejak dilahirkan. :))

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Ngurus SKCK di Kota Padang

Kartu Kehadiran Seminar Skripsi

Sweet Marriage Proposal I love :)